Tantangan orang tua dalam mendidik anak di zaman modern
Dikutip pada saat pembacaan Manakib di acara haul al Qutub al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf :
Kita begitu takut anak kita terbakar, sekecil apapun dengan api dunia. Kita begitu takut dan tidak rela anak kita terluka oleh pisau siapa pun. Tapi pernahkah kita merenungkan, "Apakah aku tidak takut anak keturunanku dibakar oleh api neraka?" Pasti jawaban yang muncul adalah tidak mungkin aku rela dan mengizinkan anak keturunanku dibakar oleh api neraka.
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah. Setiap jawaban dari setiap pertanyaan membutuhkan bukti. Bukankah banyak diantara kita yang justru memfasilitasi anak untuk terjerumus dalam lembah jahanam? Dibiarkan mereka jahil dalam urusan syariat nabinya. Sehingga tubuh itu mudah sekali untuk diajak bermaksiat. Memberikan fasilitas modern kepada anak, baik itu hp ataupun tablet ataupun Iphone. Tanpa perduli efek yang dihasilkan dari memberikan hal tersebut.
Orang tua seakan berkata, "Yang penting anakku tidak ketinggalan zaman, dan bisa hidup senang." Tanpa sadar anak gadis mereka mengumbar auratnya dengan alat-alat tersebut. Abah (bapak) sibuk dengan ibadahnya, sibuk hadir acara disana-sini. Sibuk menghadiri acara maulid dan haul dan mendapatkan nasihat yang menyayat hati. Tapi mereka lupa anak mereka sedang terpampang di dunia maya, bak seorang gadis yang sedang dijual untuk diperebutkan - wal'iyadzubillah. Alasan yang dipakai sekarang, "Biarkan anakku nampang supaya laku." Padahal berapa banyak orang tua mengeluh, dengan banyaknya pergaulan maksiat yang menjerumuskan wanita muslimah dengan laki-laki yang bejat akhlaknya. Sudah begitu berharap anaknya menikah mendapat keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah. Sungguh jauh hadhirin, karena proses awalnya sudah bermaksiat sehingga jauh anak itu dari ridha-Nya Allah swt.
Coba mulai saat ini para orang tua perhatikan pergaulan anak kita. Bisa jadi dia di depan kita berlaku sopan, tetapi di dunia lain akan terlihat wajah yang berbeda dari anak kita. Kalau dahulu orang tua melihat anak diam di rumah, di kamar anteng di kamarnya, terhitung sebagai anak yang diam dan penurut serta anak yang terawasi. Tapi kalau sekarang hadirin, orang tua duduk di tengah rumah, anak di dalam kamarnya sendiri dengan alat-alat tersebut. Mereka bebas merdeka berselancar dengan ribuan syaitan yang ada di dunia maya. Banyak anak gadis sekarang memiliki jumlah laki-laki di dunia maya untuk bermaksiat. Sedangkan orang tuanya tidak paham apa-apa yang dilakukan anaknya, termasuk anak-anak laki yang mungkin terjerumus kepada kemaksiatan.
Pernahkah kita duduk bersama dengan anak untuk berbicara masalah, terutama masalah agamanya? Ada tanda penting yang bisa dijadikan orangtua untuk melihat tanda-tanda apakah anak tersebut tertarik kepada keshalehan atau tertarik kepada kemaksiatan. Jika orangtua duduk (dan berbicara) kepada anaknya, dan anak tersebut merasa nyaman ngobrol dengan abahnya berbicara masalah agama. Maka ada harapan baik untuk anak tersebut. Tapi jika seorang anak diajak duduk dengan abahnya, bicara masalah agama bicara masalah kebaikan, lalu anak tidak betah. Anak tidak kerasan. Anak kepengennya berdiri. Anak kepengennya masuk ke kamar cepat-cepat. Maka orang tua ini harus cepat-cepat waspada karena itu bisa jadi adalah tanda bahwa anak tersebut sudah mulai terjerumus ke dalam lembahnya syaitan, walya'udzubillah.
Semoga Allah swt menyelamatkan semua anak cucu kita, yang mana kita sekarang ini kita hadir di hadapan kekasih-Nya yang agung, di hadapan kemuliannya yaitu Sayyidi wa Imami Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf.
Comments
Post a Comment