Tak Terbatas oleh Ruang dan Waktu Merupakan Bagian dari Atribut/ Sifat Allah
"Kalau ruang dan waktu ternyata ada sesaat setelah terjadinya Big Bang, maka sesuatu apa pun itu yang menjadi pemicunya harus tidak terbatas oleh ruang dan waktu."
Satu hal yang perlu diketahui, bahwa Tuhan merupakan zat yang keberadaannya tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Berbeda dengan manusia dan makluk lainnya. Keberadaan kita selalu terikat secara mutlak oleh ruang dan waktu. Sehingga sangat mustahil bagi manusia untuk membuktikan eksistensi Tuhan hanya dengan mengandalkan keterbatasan nalar serta logika. Lalu bagaimana kita dapat mengetahui bahwa Tuhan itu ada? Saya akan membuat analogi sederhana agar lebih memudahkan kita untuk memahaminya.
Ada seorang anak remaja katakanlah namanya 'X', dari sejak ia lahir sampai mencapai usia 17 tahun belum pernah sama sekali menginjakan kakinya keluar rumah. Selama 17 tahun itu pula si 'X' hanya melakukan aktifitas sehari-harinya di rumah. Mulai dari hal-hal biasa seperti makan, minum, bermain hingga proses pembelajarannya pun semua dilakukan di rumah. Seluruh kebutuhan si 'X' telah disediakan di rumah oleh orangtuanya. Termasuk untuk hal belajar, orangtuanya yang mendatangkan guru private ke rumahnya. Jadi segala sesuatunya murni dilakukan di rumahnya. Di rumah itu, si 'X' mengenal beberapa orang beserta karakternya masing-masing. Ia mengenal orangtuanya dengan sangat baik, ia mengetahui persis bahwa orangtuanya itu mempunyai karakter jujur dalam berbicara karena berdasarkan pengalaman si 'X' orangtuanya itu tak pernah sekali pun berkata bohong kepadanya. Selain itu si 'X' mengenal pula si 'Y' yang mana si 'Y' memiliki karakter pembohong, hal ini dia ketahui karena si 'Y' ketika berbicara selalu berbohong, atau seandainya menjanjikan sesuatu ia tak pernah menepatinya. Suatu hari si 'X' diberi kabar oleh orangtuanya bahwa di kota 'A' terdapat sebuah bangunan yang seluruh material bangunannya terbuat dari perak (silver). Bangunan tersebut sangat indah sekali dan menjulang tinggi ke langit karena memiliki 70 lantai. Karena si 'X' mengetahui betul bahwa tidak mungkin orangtuanya mengatakan sesuatu yang dusta, maka si 'X' membenarkan kabar yang dibawa oleh orangtuanya. Kepercayaan si 'X' tentang bangunan yang terbuat dari perak tersebut bukan merupakan taklid buta. Akan berbeda tanggapan si 'X' ketika si 'Y' yang memberi kabar serupa kepadanya. Si 'X' tidak akan membenarkan kabar yang dibawa oleh si 'Y' karena ia tahu berdasarkan pengalaman (empiris) si 'Y' bukanlah seseorang yang bisa dipercaya perkataannya.
Hal itu kurang lebih sama ketika seseorang yang beragama - terutama saya pribadi sebagai orang yang beragama islam mempercayai hal ketuhanan, kenabian, dan segala hal yang menyangkut gaib termasuk surga dan neraka. Karena hakikat keberadaan Tuhan tidak mungkin bisa dicapai hanya dengan mengandalkan nalar serta logika.
Comments
Post a Comment